Minggu, 04 Mei 2014

Resume Evaluasi Pembelajaran

BAB I
EVALUASI PEMBELAJARAN

1.1.       Pengertian

Evaluasi adalah kegiatan terencana yang dilakukan untuk malakukan suatu object berdasarkan instrumen pembelajaran untuk menarik suatu kesimpulan.
Sesuai dengan prinsip belajar yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses terjadinya perubahan  tingkah laku dalam diri siswa, dengan sendirinya evaluasi dapat dijadikan alat untuk mengetahui perubahan tersebut. Ini berarti bahwa dalam proses belajar mengajar harus ada kriteria tertentu yang dapat dijadikan patokan untuk pelaksanaan evaluasi.

Evaluasi memiliki sifat yang lebih luas daripada pengukuran. Evaluasi meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran hanya terbatas pada deskripsi kuantitatif, sedangkan evaluasi selain menyangkut pengukuran tersebut berlanjut dengan pemberian nilai berupa keputusan-keputusan maupun nilai tingkah laku yang diukur. Dengan demikian istilah evaluasi, pengukuran, dan penilaian dapat dibedakan. Pengukuran menunjuk pada segi kuantitas, penilaian menunjuk pada segi kualitas, dan evaluasi berkenaan dengan pengukuran dan penilaian.

1.2.       Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar peserta didik, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti setiap evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuaat macam-macam keputusan. Dalam rangka inilah evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1.        Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.
2.        Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3.        Bagi peserta didik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar, mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan dikuasainya. Bagi masyarakat untuk mengetahui hasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4.        Untuk umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan melakukan remedial.
5.        Untuk menentukan angka kemajuan dan hasil belajar.
6.        Untuk menempatkan peserta didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7.        Untuk mengenal latar belakang peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Evaluasi dalam proses belajar-mengajar mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
a.         Untuk mengetahui taraf kesiapan daripada peserta didik untuk menempuh suatu program tertentu.
b.        Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakannya.
c.         Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru atau mengulang kembali bahan-bahan pelajaran yang telah lampau.
d.        Untuk mendapatkan informasi dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan atau jenis jabatan yang cocok untuk anak tersebut.
e.         Sebagai penentu apakah seorang anak dapat dinaikan kedalam kelas yang lebih tinggi ataukah harus mengulang di kelas semula.
f.         Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh peserta didik sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum.
g.        Untuk menafsir apakah peserta didik cukup matang untuk kita lepaskan kedalam masyarakat atau melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
h.        Untuk mengadakan seleksi.
1.3.       Tujuan Evaluasi
Sesuai dengan fungsi evaluasi yang telah dikemukakan, evaluasi mempunyai tujuan seperti berikut ini.
1.      Dalam fungsi evaluasi sebagai alat seleksi terkandung tujuan evaluasi, yaitu untuk mendapatkan calon siswa pilihan yang cocok dengan suatu jurusan dan jenjang pendidikan tertentu.
2.      Dalam fungsi evaluasi sebagai alat pengukur keberhasilan dan mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan. Tujuannya untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Jika belum perlu dicari faktor penyebab yang menghambat tercapainya tujuan tersebut, selanjutnya dapat dicari solusinya.
3.      Dalam fungsi evaluasi sebagai pemberi informasi untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikan kedalam kelas yang lebih tinggi ataukah harus mengulang di kelas semula. Tujuannya untuk menentukan tidakan / keputusan yang dilakukan atas dasar hasil evaluasi.
4.      Dalam fungsi evaluasi sebagai alat penempatan, evaluasi bertujuan untuk menentukan pendidikan ke jenjang selanjutnya yang sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik.
5.      Evaluasi dalam rangka kegiatan belajar mengajar yang dikenal dengan istilah tes awal, yaitu evaluasi yang dilaksanakan sebelum kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui taraf kesiapan siswa dalam memahami materi yang akan di pelajarinya.
6.      Dalam fungsi evaluasi sebagai faktor penentu apakah seorang siswa dapat dinaikan kedalam kelas yang lebih tinggi ataukah harus mengulang di kelas semula. Dalam hal ini evaluasi bertujuan untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk menentukan siswa untuk dinaikan atau mengulang dikelas yang sama.
7.      Secara intuitif, seorang guru dalam mengajar telah berusaha untuk memilih metode mengajar yang paling tepat dengan kondisi siswa, lingkungan, dan materi. Namun adakalanya setelah dievaluasi ternyata hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Di sini evaluasi bertujuan untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang digunakan.




BAB II
DOMAIN PEMBELAJARAN


3.1.  Ranah Kognitif
Kegiatan kognitif adalah kegiatan yang mencakup mental (otak). Menurut Bunjamin S. bloom segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dnegan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang tersebut adalah:
1.        Pengetahuan (Knowledge),
yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Ciri-cirinya:
·         Jenjang belajar terendah
·         Kemampuan mengingat fakta-fakta
·         Kemampuan menghafalkan rumus, definisi, prinsip, prosedur
·         Dapat mendiskripsiskan
2.        Pemahaman (comprehensiona), 
adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Ciri-cirinya:
·         Mampu menerjemahkan
·         Mampu menafsirkan,mendiskripsikan secara verbal
·         Pemahaman eksrtapolasi
·         Mampu membuat estimasi
3.        Penerapan atau aplikasi (application) 
Kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situsi yang baru dan konkrit, aplikasi atau  penerapan ini merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dari pada pemahaman.
Ciri-cirinya:
·         Kemampuan menerapkan materi pelajaran dalam situasi baru
·         Kemampuan menetapkan prinsip atau generalisasi pada situasi baru
·         Dapat menyusun problema-problema sehingga dapat menetapkan generalisasi
·         Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang dari prinsip dan generalisasi
·         Dapat mengenali fenomena baru dari prinsip dan generalisasi
·         Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi
·         Dapat menentukan tindakan tertentu berdasarkan prinsip dan generalisasi
·         Dapat menjelaskan alasan penggunaan prinsip dan generalisasi

4.        Analisis (analysis) 
adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau factor-faktor yang satu dengan factor-faktor lainnya.
Ciri-cirinya:
·         Dapat memisah-misahkan suatu integritas menjadi unsur-unsur, menghubungkan antar unsur, dan mengorganisasikan prinsip-prinsip
·         Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip
·         Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu
·         Meramalkan kualitas/kondisi
·         Mengetengahkan pola dan prinsip-prinsip organisasi materi yang dihadapi
·         Meramalkan dasar sudut pandangan atau kerangka acuan dari materi
5.        Sintesis (syntesis) 
adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsure-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau membentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya lebih tinggi dari analisa. Contohnya yaitu peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagaimana telah diajarkan oleh agama.
Ciri-cirinya:
·         Menyatukan unsure-unsur,atau bagian –bagian menjadi satu keseluruhan
·         Dapat menemukan hubungan yang unik
·         Dapat merencanakan langkah yang konkrit
·         Dapat mengabstraksikan suatu gejala,hipotesa,hasil penelitian,dan sebagainya.
6.        Penilaian/ penghargaan/ evaluasi (evaluation) 
Merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap sesuatu situasi, nilai atau ide. Penilaian atau evaluasi di sini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap sesuatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan kriteria yang ada.

3.2.  Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl (1974) dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang yaitu:
1.        Pengenalan/ Penerimaan (Receiving)
Adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang dating kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Contoh hasil belajar afektif jenjang ini adalah anak menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas harus dibuang jauh-jauh.

2.        Pemberian respon (Responding) 
Yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Contoh hasil belajar ranah efektif jenjang ini adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh ajaran-ajaran islam tentang kedisiplinan.
3.        Penghargaan Terhadap Nilai(Valuing),
Penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berfikir tertentu mempunyai nilai.dalam hal ini anak secara konsisten berprilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau yang mengharuska
4.        Pengorganisasian (organization).
Pengorganisasian menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dlam suatu system nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada nilai yang lain. Dalam hal ini diharapkan menjadi commited terhadap suatu sistem nilai.
5.        Pengamalan (characterization).
Jenjang ini merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki sesorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah-lakunya. Disini proses internalisasi nilai teleh menempati tempat tertinggi dala suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sitemnya dan telah mempengaruhi emasinya. Ini adalah merupakan tingkatan afektif tertinggi karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana ia telah memiliki philosophy of life yang mapan.

3.3.  Psikomotor
Ranah ini dikembangkan oleh Harrow 1972 yang mengatkan hasil belajar dalam bentuk ini tampak dalam bentuk ketermpilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar afektif. Pada ranah ini Harrow juga menyususn psikomotor secara hierakhis dalam enam tingkat, mencaakup tingkat meniru sebagai yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai yang paling kompleks. Prilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neoro-mascular yaitu keterampilan yang bersangkutan dengan gerakan otot. Keenam tingkat tersebut adalah :
1.        Gerakan refleks (reflex movement)
Artinya adalah gerkan refleks merupakan dasar semua prilaku bergerak respon terhadap stimulus tanpa disadari yang dimiliki sejak lahir. Contoh hasil belajar tingkat ini adalah melompat, berjalan, menunduk, menggerakan leher dan kepala, memegang dan lain-lain.
2.        Gerakan dasar (basic fundamental movement)
Artinya adalah gerkan yang menuntut keterampilan yang sifatnya lebih kompleks dengan kat lain gerkan ini muncul tanpa latihan tapi dapt diperhalus melalui praktek dan gerkan ini terpola dan dapat ditebak. Contoh hasil belajar pada tingkat ini adalah gerakan berpindah seperti merangkak, maju perlahan lahan, bejalan, berlari-lari, melompat-lompat, memanjat. 
3.        Gerakan persepsi (perceptual Abilities)
Artinya kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerkan. Contohnya adalah menangkap bola, melompat dari suatu petak ke petak lain dengna satu kaki dengan menjaga keseimbangan badan, membedakan suara dari berbagai burung bintang dan sebaginya.
4.        Gerakan kemampuan fisik (psycal abilites)
Artinya adalah kemampuan yang diperlukan unutk mengembnagkan gerkan keterampilan tingkat tinggi, kemapuan untuk melanjutkan aktifitas, termasuk ketahanan otot dan denyut jantung, kemampuan utuk menggunakan otot dan mengadakan perlawanan, rentangan gerkan sendi, dan kempuan untk bergerak cepat termasuk kemapuan untuk merubah arah, memulai atau berhenti, mengurangi waktu senggang antara reaksi dan respon dan meningkatkan ketangkasan. Contoh kegiatan belajar seperti berlari jauh, melakukan senam, menari melakukan push up dan lainp-lain.
5.        Gerakan teramapil (Skilled movements)
Artinya gerkan yang memerlukan belajar, misalnya keterampilan dalam menari, olah raga. Garakan yang dapat mengopntrol berbagi tingkatan gerak, terampil, tangkas, cekatan dalam mel;aukakn gerkan yang sulit dan rumit. Contoh kegiatn dan hasil belajarnya seperti; melakukan gerakan terampil dari berbagai cabang olah raga, bermain piano, mengetik, membuat kerajiana tangan dan sebaginya.


6.        Gerakan Indah dan kreatif (Nondiscursive Comunication)
Artinya mengkomonikasikan perasaan melalui gerakn, gerak estetis, gerkan-gerkan terampil yang efisien dan indah, gerak kreatif; gerkan-gerkan pada tingkat tertinggi untuk mengkomonikasikan gerakan seperti; kerja senio yang bermutu; membuat patung dan melukis, menari balett, dan bermain drama.
Untuk mengetahui hasil belajar dari ketiga domain atau ranah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat evaluasi sesuai dengan ranahnya masing-masing, uraian mengenai hal ini akan dibicarakan pada Bab berikutnya.



BAB III
ALAT EVALUASI
           
3.1.  Jenis-Jenis Alat Evaluasi
Alat evaluasi dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu teknik non tes dan teknik tes.
1)         Teknik Non-Tes
Teknik non-tes biasanya digunakan untuk mengevaluasi bidang afektif atau psikomotorik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Angket (questionaire)
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden). Angket berfungsi sebagai pengumpul data, berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat mengenai sesuatu hal. Angket mempunyai 4 jenis, yaitu: angket terbuka langsung, angket terbuka tak langsung, angket tertutup langsung, dan angket tertutup tak langsung.
b.      Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik non-tes secara lisan. Pertanyaan yang diungkapkan umumnya menyangkut segi-segi sikap dan kepribadian siswa dalam proses belajarnya. Teknik dilakukan secara langsung dan dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan penilaian bagi siswa. Wawancara dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu: wawancara diagnostik, wawancara survey, dan wawancara penyembuhan.
c.       Observasi (pengamatan)
Observasi adalah suatu teknik evaluasi non-tes yang menginventarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan dan prilaku siswa secara langsung.
d.      Inventori (inventory)
Inventori mengandung sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam rangka mengetahui tentang sikap, pendapat, dan perasaan siswa terhadap kegiatan proses penyelenggaraan belajar mengajar. Data sebagai informasi umumnya telah disediakan dalam bentuk pilihan ganda, yang harus dipilih oleh siswa.
e.       Daftar Cek (checklist) dan Daftar Skala Bertingkat (rating scale)
Daftar cek adalah sederetan pertanyaan atau pernyataan yang dijawab oleh responden dengan membubuhkan tanda cek (√) pada tempat yang telah disediakan. Sedangkan skala bertingkat adalah sejenis daftar cek dengan kemungkinan jawaban terurut menurut tingkatan atau hierarki.
2)        Teknik Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes matematika adalah alat pengumpul informasi tentang hasil belajar matematika. Alat tes tersebut berupa pertanyaan atau kumpulan pertanyaan atau perintah yang biasanya dimulai dengan kata: apa, berapa, bagaimana, mengapa, tunjukkan, buktikan, cari, tentukan, hitung, selesaikan, sederhanakan, jabarkan, lukiskan, gambarkan, dan sebagainya. Teknik tes dapat digolongkan ke dalam 3 cara, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
a.       Tes Tertulis
Dalam tes tertulis, testi menjawab tes tersebut secara tertulis pada lembar jawaban. Instrumen tes disampaikan secara lisan atau tertulis. Tes tertulis sangat bermanfaat untuk mengetahui kemahiran testi dalam teknik menulis yang benar, menyusun kalimat menurut kaidah bahasa yang baik dan benar secara efisien, mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulisan dengan kata-kata sendiri.
b.      Tes Lisan
Dalam tes lisan, jawaban yang diberikan oleh testi dalam bentuk ungkapan lisan. Instrumen yang digunakan disajikan dalam bentuk tulisan atau lisan. Pada umumnya tes lisan berbentuk tanya jawab langsung secara lisan antara tester dengan testi. Tes lisan ini sangat berguna bagi siswa untuk melatih diri dalam mengungkapkan pendapat atau buah pikirannya secara lisan dan mengembangkan kemampuan berbicara.
c.       Tes Perbuatan
Tes perbuatan menuntut testi untuk melakukan perbuatan tertentu. tes perbuatan diberikan dalam bentuk tugas atau latihan yang harus diselesaikan secara individual atau kelompok. Tes perbuatan bisa berupa memperagakan apakah suatu bangun datar merupakan jaring-jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu bangun ruang, membuat lukisan dengan jangka, mistar, dan sebagainya.
3.2.  Pembuatan Alat Evaluasi
Ditinjau dari pembuatnya, alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu alat evaluasi buatan guru dan alat evaluasi terstandar.
1)        Alat Evaluasi Buatan Guru
Alat evaluasi buatan guru adalah alat evaluasi yang sengaja dibuat oleh guru, baik tes maupun non tes, yang dipergunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam daerah kognitif, afektif, atau psikomotorik.
2)        Alat Evaluasi Terstandar
Alat evaluasi terstandar atau alat evaluasi yang dibakukan adalah alat evaluasi yang kualitasnya terjamin sehingga hasilnya mencerminkan keadaan kemampuan sebenarnya. Alat evaluasi ini derajar validitas dan reliabilitasnya memadai (tinggi). Begitu pula daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektifitasnya memenuhi kriteria kualitas soal evaluasi yang baik.



Sumber :
-          Suherman Eman dan yaya Sukjaya K. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung. Wijayakusuma.
-        Rusyan T. 1993. Evaluasi Dalam Proses Belajar-Mengajar. Bandung. Bina Budhaya.

4 komentar: